Rabu, 22 Februari 2012

Migran Pada Wanita


Studi kami menunjukkan bahwa migrain merupakan faktor risiko potensial untuk depresi," kata penulis studi, Dr Tobias Kurth, seorang neuroepidemiologis di Brigham and Women's Hospital. "Jika Anda memiliki kondisi sakit kronis intermiten, Anda akan lebih mungkin mengembangkan gejala depresi atau bahkan depresi karena Anda begitu terganggu oleh rasa sakit."

Studi migrain ini diikuti 36.154 perempuan, 6.456 di antaranya memiliki riwayat migrain. Melalui 14 tahun rata-rata, 3.971 perempuan terserang depresi--umum di antara penderita migrain. Kurth dan rekan akan mempresentasikan hasil mereka pada bulan April dalam pertemuan tahunan ke-64 American Academy of Neurology di New Orleans.

Dr Joel Saper, Direktur Michigan Headache and Neurological Institute, mengatakan bahwa penelitian menegaskan adanya hubungan antara migrain dan depresi. "Mereka bisa berbaur satu sama lain dan mereka bisa menyamar satu sama lain," kata Saper, seraya menambahkan bahwa kedua kondisi memiliki akar genetik.

Studi sebelumnya telah menemukan orang dengan depresi lebih mungkin untuk mendapatkan migrain, begitu pula sebaliknya.

"Ini menekankan pentingnya merawat kedua kondisi pada saat yang sama," kata Saper. "Kadang-kadang kita dapat mengobati keduanya dengan obat yang sama."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar